Postingan ini adalah part pertama untuk edisi pengalaman pasang behel, karena InsyaAllah selanjutnya aku akan membuat postingan berbeda mulai dari persiapan hingga control dan perubahan yang terjadi pada gigiku.
Alasan ingin pasang behel
Sebenarnya sudah dari dulu ingin memasang kawat gigi tapi pada pada saat itu harganya tergolong mahal. Orang tua sih mampu membiayai tapi pada saat itu memasang behel belum menjadi prioritas utama. Awal mula pemasalahan gigiku ini karena waktu kecil takut banget ke dokter gigi jadi gigi permanen sudah tumbuh tapi gigi susu belum dicabut dan akhirnya susunan gigi jadi berantakan, sebenarnya ada trauma tersendiri kalau ke dokter gigi karena saat itu ada 3 gigi yang sekaligus dicabut dan luar biasa sakitnya.
Susunan
gigiku termasuk sangat berantakan pada bagian atas dan bagian bawah, sehingga
kalau senyum tidak bisa rapat dan bibir terlihat miring. Hal itu mulai jelas
kurasakan pada saat foto ijazah walaupun senyum tipis tetap saja terhilat
miring. Selain itu akibat dari gigi berjejal, mulai muncul beberapa lubang di
gigi depan karena sisa makanan yang tersangkut dan tidak bisa dijangkau oleh
sikat gigi.
Dengan adanya beberapa masalah tersebut semakin menguatkan niatku untuk memasang behel, beberapa kali mengajukan ke orang tua tapi pada saat bersamaan laptopku rusak jadi lebih memilih beli laptop untuk kuliah. Beberapa kali juga dapat beasiswa, kalau dikumpul sebenarnya bisa buat pasang behel, tapi sekali lagi pasang behel belum menjadi prioritas karena uangnya harus dipakai bayar SPP. Alhamdulillah setelah lulus kuliah dan beberapa bulan menganggur bisa dapat kerjaan, planning pertamaku adalah bisa pasang behel, dan setelah beberapa bulan akhirnya bisa kesampaian juga.
Tambal gigi
Dari hasil membaca blog seputar pasang behel, katanya semua permasalahan gigi harus diatasi dulu. Yang berlubang harus ditambal, yang perlu dicabut harus dicabut dulu. Jadi sambil menabung aku menambal dulu gigi depan ku yang berlubang sebelum tambah parah karena sudah menghitam dan lumayan dalam lubangnya. Setelah survey beberapa klinik di Makassar dari segi harga dan review pengunjungnya, pilihan jatuh ke Klinik Parakita Medika di Jln. Talasapang.
Tambal gigi lubang kecil = 200.000-225.000/Gigi
Untuk pertama kalinya aku ke dokter gigi lagi sejak SD, rasanya gugup banget! apalagi kesana cuma sendiri. Ada dua gigi yang ditambal, kupikir akan lama ternyata cuma butuh waktu ± 30 menit dengan hasil pekerjaan yang rapi, hanya saja terjadi insiden kecil saat pengerjaannya. Salah satu alat jatuh ke bibir atas, membuat bibirku sariawan seminggu. Karena insiden itu membuatku berpikir dua kali ke klinik itu meskipun harganya termasuk murah dibandingkan klinik lain.
Survey Dokter Gigi di Makassar
Memilih dokter gigi untuk memasang behel itu harus dipikirkan baik-baik karena dokter gigi tsb. yang akan bertanggung jawab untuk proses perawatan gigi kita seterusnya. Awalnya cuma mau pasang ke dokter gigi umum saja karena lebih murah dari pada dokter spesialis. Tapi setelah banyak membaca review dari blog, ternyata untuk perawatan orthodonti lebih baik dikerjakan oleh dokter gigi spesialis orthodonti dan tentu saja biayanya lebih mahal. Karena tidak punya kenalan yang pasang behel di dokter gigi orthondoti, jadi aku mengumpulkan informasi lewat website PDGI Makassar dan mendapatkan beberapa nama dokter.
Masing-masing ku hubungi menanyakan harga dan fasilitas perawatan, ada yang mulai dari 7,5 juta, 8,5 dari 10 juta, ada yang biaya konsultasinya gratis dan ada yang harus bayar, biaya control mulai 150 ribu – 300 ribu. Tapi tidak bisa ku sebutkan rinciannya dari masing-masing dokter tsb karena belum mendapatkan izin.
Dari survey itu akhirnya pilihan jatuh
ke drg. Yustisia Puspitasari Sp.Ort., karena harganya ditengah-tengah. Waktu
itu bisa DP mulai dari 2 juta jadi tidak terlalu memberatkan, tapi aku DP sekalian
setengah harga biar lunasinnya gak terlalu banyak. Lokasi prakteknya di Kimia
Farma Jl. Cendrawasih No.233, Cuma
20 menit dari kantorku, salah satu faktor memilih dokter adalah lokasinya yang
tidak terlalu jauh.
Konsultasi
Pertama konsultasi dulu untuk melihat kondisi gigi dan penanganan yang tepat sebelum pemasangan behel. Jadi gigi atas ku selain berjejal ternyata kondisinya juga Deep Bite, yaitu gigi atas terlalu dalam sehingga ketika mengatup menutupi sebagian besar atau seluruh gigi bawah. Jadi yang dipasang behel gigi atas dulu. Lalu untuk merapikan gigi berjejal perlu ruang untuk bergeser jadi harus mencabut gigi.
Aku
diminta melakukan rontgen cephalometri, dokter memberikan rujukan ke Parahita
Diagnostic Center. Biasanya ada 2 jenis rontgen yang diperlukan yaitu rontgen
cephalometri dan panoramic, tapi aku hanya diminta membuat rontgen
cephalometri. Setelah itu aku kembali lagi ke dokter untuk memperlihatkan
hasilnya dan diputuskan untuk mecabut 2 gigi atas yaitu gigi 14 dan gigi 24
(Gigi ke empat dari kanan dan kiri) dan dibuatkan surat pengantar kepada dokter
gigi selanjutnya untuk melakukan pencabutan.
Foto rontgen Chepalometri
Cetak Gigi
Sebelum
dilakukan pencabutan gigi dan pemasangan behel, harus cetak gigi dulu. Proses cetak
gigi menggunakan adonan seperti pasta dimasukkan ke dalam mulut dan didiamkan selama
kurang lebih 1 menit sampai mengeras. Rasanya seperti mint, kalau membaca dari
pengalaman orang ada yang sampai mual-mual jadi aku sempat deg-degan juga, tapi
Alhamdulillah aku gak merasakan itu. Kuncinya santai jangan panic saat
adonannya dimasukkan ke mulut.
Cabut Gigi
Ini adalah momen yang paling kutakuti karena mengingat sakitnya waktu dicabut saat kecil dulu. Oke lanjut yaa! Cabut gigi ini aku pakai BPJS Kesehatan, karena udah lama banget gak memanfaatkan BPJS ini dan Alhamdulillah belum dikasih kesempatan pakai BPJS, jadi ku manfaatkan untuk cabut gigi.
Pertama ku daftar di Faskes 1 Puskemas Tamangapa, karena peralatan puskesmas tidak memadai untuk cabut gigi orang dewasa maka aku dirujuk ke RS Mitra Husada. Aku datang di hari yang sudah ditentukan jam 8 pagi ternyata antrian sudah full untuk perawatan gig, di RS Mitra Husada antrian gigi dibatasi hanya 10 pendaftar pertama. Hari selanjutnya aku datang jam 7 pagi, tapi baru belum bisa cabut gigi karena aku baru bisa masuk ruang perawatan jam 12, akhirnya dijadwal ulang untuk minggu depan. Ketika bertemu dokter jangan lupa memperlihatkan surat pengantar dari dokter sebelumnya, karena dokter tidak bisa melakukan pencabutan gigi yang sehat kecuali telah ada konsultasi dengan dokter gigi.
Tibalah dihari aku cabut gigi, tegang dan gugup saat dokter mulai memeriksa gigi ku. Ingat harus sarapan dulu karena setelah cabut gigi pasti akan susah makan. Tapi hanya bisa cabut 1 gigi dulu yaitu bagian kiri agar masih bisa mengunyah disebelah kanan. Pertama gigi dibius dulu dengan disuntik, rasanya lumayan sakit tapi tidak berselang lama gusi mulai kebas dan mati rasa. Proses cabut gigi jadi tidak terasa sakit, hanya saja masih merasa tekanan dan tarikan tapi itu normal kok. Setelah cabut gigi dokter mewanti-wanti kalau kapas baru bisa dilepas setelah pendarahan berhenti min. 1 jam, tidak boleh kumur-kumur, tidak boleh minum dengan sedotan, karena bisa memperparah pendarahan. Kalau di kasusku, baru bisa lepas kapas saat malam jadi setelah cabut gigi hingga malam aku tidak makan sama sekali dan hanya minum saja L. Setelah cabut gigi pasti akan muncul lapisan putih kekuningan dan itu normal jangan dikorek-korek.
Minggu selanjutnya mencabut gigi sebelah kanan, untuk gigi ini lumayan lama prosesnya karena kata dokter akarnya agak bengkok. Waktu pemulihan juga lebih lama dari sebelumnya. Setelah cabut gigi sebelah kiri butuh 1 minggu makan bubur baru bisa mulai mengunyah makanan keras, tapi setelah cabut gigi sebelah kanan butuh waktu 2 minggu untuk makan makanan keras itupun masih pelan-pelan mengunyahnya.
Pemasangan Behel
Aku baru berani pasang behel setelah merasa gusi sudah berkurang sakitnya pasca cabut gigi dan ada sekitar 1 bulan waktu yang kubutuhkan dari konsutasi, cabut gigi dll. hingga bisa pasang behel. Nah sebelum pemasangan gigi ku dibersihkan dulu karang giginya dengan scalling manual, lalu diberikan penyangga kapas pada gigi belakang agar gigi tidak terkena air liur karena akan diberikan cairan katanya agar lemnya bisa merekat kuat dengan braces. Proses ini dilakukan pada semua gigi atas lalu kumur-kumur, tapi cairannya sempat terkena lidahku dan rasanya asam sekali. Selanjutnya bracket dipasang satu persatu dan disinari dengan cahaya agar lemnya mengeras. Lalu dokter mulai memasang kawat aluminium dan disalah satu gigi ku dipasangi kawat yang bentuknya seperti per, gunanya untuk mendorong gigi ke posisi yang diinginkan. Tahap terakhir pemasangan karet, aku memilih karet berwarna abu-abu agar kesannya lebih natural dan tidak terlalu mencolok.
Rasanya
aneh juga karena ada benda asing yang menempel di gigi dan beberapa jam setelah
pemasangan mulai terasa tekanan dari kawatnya. Gigi depan rasanya ngilu sekali
dan susah dipakai menggigit, jadi setiap makan harus dipotong kecil-kecil dulu.
Ada sekitar 1 minggu sampai ngilunya hilang, tapi aku tetap takut menggigit
makanan, takut ngilunya balik lagi.
Ternyata dari tadi aku belum menyebutkan harga pemasangannya, oke dibawah akan ku rincikan harga dan fasilitasnya.
- Harga Pemasangan Behel Rp. 8.500.000,-
- Include (Konsultasi, Cetak Gigi, Scalling, Pasang behel)
- Rontgen Chepalometri di Parahita Medical Rp. 165.000,-
- Konsul tiap bulan Rp. 150.000,-
Jadi seperti itulah proses yang aku lewati untuk melakukan pemasangan behel, untuk perawatan tiap bulan akan ku bahas di part lainnya.